Tegal Propinsi Jawa Tengah dengan ibukota Slawi merupakan kabupaten erat dengan Kota Tegal, yang memang berasal dari Kabupaten Tegal yang dulu merupakan sebuah Kadipaten Tegal yang juga mencakup wilayah Kabupaten Brebes dan Pemalang. Maka tak heran bila banyak seni-budaya mirip sama. Bangga memiliki Kabupaten Tegal. Tegal juga merupakan daerah Banyumasan dengan rumpun budayanya seperti kabupaten saudaranya Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, Purbalingga dan Kebumen di selatan kaki gunung Slamet.
Minggu, 27 Juli 2014
Jumat, 18 Juli 2014
BETY : BEDA TIPIS ..............!
BETY : BEDA TIPIS ..............! (Sumber Solo Pos FM)
Rekapitulasi perhitungan suara Pilpres 2014 telah memasuki tingkatan kabupaten/kota. Dari hasil real count formulir DB1 yang telah diunggah di situs resmi KPU, Jokowi-JK unggul dari Prabowo-Hatta.
Detikcom merekapitulasi formulir DB1 yang terverifikasi di situs resmi KPU, Jumat (18/7/2014). Hasil rekapitulasi ini dikumpulkan selama kurang lebih setengah jam, dari pukul 11.00 WIB hingga 11.30 WIB. Formulir DB1 yang terverifkasi baru sekitar 57%, yaitu dari 292 kabupaten/kota. Sementara DB1 yang belum terverifikasi tak dimasukkan ke perhitungan.
Hasilnya, Prabowo-Hatta meraih 48,80% atau 38.418.035 suara. Jokowi-JK unggul dengan perolehan 51,20% atau 40.301.230 suara. Selisih suara keduanya 2,39% atau 1.883.195 suara.
Prabowo-Hatta unggul di Aceh, Gorontalo, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Lampung, Maluku, NTB, Riau, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan
Jokowi-JK unggul di Bali, Bengkulu, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Jambi, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kepulauan Babel, Kepulauan Riau, Maluku Utara, NTT, Papua, Papua Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, dan Sumatera Utara.
Proses rekapitulasi masih terus berlangsung dan data masih terus berubah.
Rekapitulasi perhitungan suara Pilpres 2014 telah memasuki tingkatan kabupaten/kota. Dari hasil real count formulir DB1 yang telah diunggah di situs resmi KPU, Jokowi-JK unggul dari Prabowo-Hatta.
Detikcom merekapitulasi formulir DB1 yang terverifikasi di situs resmi KPU, Jumat (18/7/2014). Hasil rekapitulasi ini dikumpulkan selama kurang lebih setengah jam, dari pukul 11.00 WIB hingga 11.30 WIB. Formulir DB1 yang terverifkasi baru sekitar 57%, yaitu dari 292 kabupaten/kota. Sementara DB1 yang belum terverifikasi tak dimasukkan ke perhitungan.
Hasilnya, Prabowo-Hatta meraih 48,80% atau 38.418.035 suara. Jokowi-JK unggul dengan perolehan 51,20% atau 40.301.230 suara. Selisih suara keduanya 2,39% atau 1.883.195 suara.
Prabowo-Hatta unggul di Aceh, Gorontalo, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Lampung, Maluku, NTB, Riau, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan
Jokowi-JK unggul di Bali, Bengkulu, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Jambi, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kepulauan Babel, Kepulauan Riau, Maluku Utara, NTT, Papua, Papua Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, dan Sumatera Utara.
Proses rekapitulasi masih terus berlangsung dan data masih terus berubah.
Senin, 07 Juli 2014
Tentang "Matahari di balik punggung calon Raja/Presiden
Tentang "Matahari di balik punggung calon Raja/Presiden
Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto adalah ulama besar Indonesia saat itu di Jawa Timur, disamping seorang kiyai juga seorang guru silat olahkanuragan. Ia melihat 2 matahari diantara Kusno (Soekarno) dan Kartosuwiryo. Tak mungkin kedua matahari memimpin Nusantara ini. Sebagai orang tuayang bijak tidaklah baik untuk menghendaki keduanya bersiteru saling membunuh. Jadialah kelak dua orang seperguruan ini menjadi raja. Meski Karto Suwiryo berada dihutan-hutan, Bungkarno yang presiden RI ini tetap mengakuinya sebagai saudara dan "Raja" Indonesia dalam hutan.
Kisah tentang "matahari bersinar" juga dilihat oleh Sunan Kudus terhadap prajurit tamtama bernama Maskarebet, kenapa tidak pada putra mahkota? Atau kerabat / saudara Sultan lainnya? Inilah Indonesia sejak Daha, Kediri, Singosari, Majapahit memberikan gambaran bahwa Waris itu belum tentu Pewaris tahta. Akhirnya lambang-lambang negara Demak pun jatuh ke tangan Maskarebet anak kampung yang terkenal dengan sebutan Joko Tingkir dengan mendirikan kerajaan Pajang sebagai menerus tahta Demak.
Begitu juga Sultan Hadiwijaya ( Maskarebet/Joko Tingkir) selanjutnya , entah mengapa 'sinar matahari ' justru bersinar di punggung anak angkatnya, Sutawijaya. Sedang putra mahkota Pangeran Benawa tampak suram tanda-tandanya. Jadilah penerus tahta Pajang itu ke Mataram kepada Sutawijaya yang bergelar Senopati ing Alogo. Sekali lagi waris belum tentu pewaris. Dan ini Indonesia bukan kerajaan Inggris atau Belanda .
Bukti-bukti sejarah semua serba mungkin, bayangkan anak tukang kayu di pinggir hutan aja bisa menjadi raja, contohnya adalah Ken Angrok ! Kemudian Mas Karenet anak kampung pinggiran di Tingkir, lalu Sutawijaya semua bukan waris tapi pewaris !
Dari itu semua, bukan mustahil apabila ada anak orang miskin menjadi ''raja" (presiden ) Indonesia ini.
Dan sebetulnya diantara dua calon presiden itu , orang yang memiliki keistimewaan 'linuwih' dan 'waskita' akan dapat melihat sinar 'matahari di punggung diantara dua capres kita itu. Siapa capres yang memiliki sinar itu sebaiknya tanyakan pada yang orang yang memiliki linuih dan waskita dibidangnya.
Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto adalah ulama besar Indonesia saat itu di Jawa Timur, disamping seorang kiyai juga seorang guru silat olahkanuragan. Ia melihat 2 matahari diantara Kusno (Soekarno) dan Kartosuwiryo. Tak mungkin kedua matahari memimpin Nusantara ini. Sebagai orang tuayang bijak tidaklah baik untuk menghendaki keduanya bersiteru saling membunuh. Jadialah kelak dua orang seperguruan ini menjadi raja. Meski Karto Suwiryo berada dihutan-hutan, Bungkarno yang presiden RI ini tetap mengakuinya sebagai saudara dan "Raja" Indonesia dalam hutan.
Kisah tentang "matahari bersinar" juga dilihat oleh Sunan Kudus terhadap prajurit tamtama bernama Maskarebet, kenapa tidak pada putra mahkota? Atau kerabat / saudara Sultan lainnya? Inilah Indonesia sejak Daha, Kediri, Singosari, Majapahit memberikan gambaran bahwa Waris itu belum tentu Pewaris tahta. Akhirnya lambang-lambang negara Demak pun jatuh ke tangan Maskarebet anak kampung yang terkenal dengan sebutan Joko Tingkir dengan mendirikan kerajaan Pajang sebagai menerus tahta Demak.
Begitu juga Sultan Hadiwijaya ( Maskarebet/Joko Tingkir) selanjutnya , entah mengapa 'sinar matahari ' justru bersinar di punggung anak angkatnya, Sutawijaya. Sedang putra mahkota Pangeran Benawa tampak suram tanda-tandanya. Jadilah penerus tahta Pajang itu ke Mataram kepada Sutawijaya yang bergelar Senopati ing Alogo. Sekali lagi waris belum tentu pewaris. Dan ini Indonesia bukan kerajaan Inggris atau Belanda .
Bukti-bukti sejarah semua serba mungkin, bayangkan anak tukang kayu di pinggir hutan aja bisa menjadi raja, contohnya adalah Ken Angrok ! Kemudian Mas Karenet anak kampung pinggiran di Tingkir, lalu Sutawijaya semua bukan waris tapi pewaris !
Dari itu semua, bukan mustahil apabila ada anak orang miskin menjadi ''raja" (presiden ) Indonesia ini.
Dan sebetulnya diantara dua calon presiden itu , orang yang memiliki keistimewaan 'linuwih' dan 'waskita' akan dapat melihat sinar 'matahari di punggung diantara dua capres kita itu. Siapa capres yang memiliki sinar itu sebaiknya tanyakan pada yang orang yang memiliki linuih dan waskita dibidangnya.
CAPRES MENUURUT RONGGOWARSITO
CAPRES MENUURUT RONGGOWARSITO
Menurut Rongowarsito, ada tujuh satrio piningit yang akan muncul sebagai pemimpin di wilayah seluas wilayah Kerajaan Majapahit (Nusantara): (1) Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro, yaitu pemimpin yang akrab dengan penjara, yang membebaskan bangsa Indonesia dari cengkeraman penjajah; (2) Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar; yaitu pemimpin yang kaya harta (mukti) dan berwibawa atau ditakuti, tetapi dia akan mengalami suatu keadaan selalu dipersalahkan; (3) Satrio Jinumput Sumelo Atur, yaitu pemimpin yang diangkat bagai dipungut; (4) Satrio Lelono Topo Ngrame, yaitu pemimpin yang suka mengembara yang memiliki tingkat religiusitas tinggi; (5) Satrio Piningit Hamong Tuwuh, yaitu pemimpin yang membawa kharisma leluhurnya; (6) Satrio Boyong Pambukaning Gapuro, yaitu pemimpin yang berpindah tempat dan akan menjadi peletak dasar dasar sebagai pembuka gerbang menuju keemasan; dan (7) Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyu, yaitu pemimpin yang sangat religius sehingga ia diibaratkan seorang pendeta atau Begawan yang senantiasa akan bertindak atas dasar hukum Tuhan.
Menurut Rongowarsito, ada tujuh satrio piningit yang akan muncul sebagai pemimpin di wilayah seluas wilayah Kerajaan Majapahit (Nusantara): (1) Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro, yaitu pemimpin yang akrab dengan penjara, yang membebaskan bangsa Indonesia dari cengkeraman penjajah; (2) Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar; yaitu pemimpin yang kaya harta (mukti) dan berwibawa atau ditakuti, tetapi dia akan mengalami suatu keadaan selalu dipersalahkan; (3) Satrio Jinumput Sumelo Atur, yaitu pemimpin yang diangkat bagai dipungut; (4) Satrio Lelono Topo Ngrame, yaitu pemimpin yang suka mengembara yang memiliki tingkat religiusitas tinggi; (5) Satrio Piningit Hamong Tuwuh, yaitu pemimpin yang membawa kharisma leluhurnya; (6) Satrio Boyong Pambukaning Gapuro, yaitu pemimpin yang berpindah tempat dan akan menjadi peletak dasar dasar sebagai pembuka gerbang menuju keemasan; dan (7) Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyu, yaitu pemimpin yang sangat religius sehingga ia diibaratkan seorang pendeta atau Begawan yang senantiasa akan bertindak atas dasar hukum Tuhan.
Tidak ada orang yang dapat meramal siapa presiden RI ke 7 setelah SBY , hanya Allah SWT yang mengetahuinya.
Tidak ada orang yang dapat meramal siapa presiden RI ke 7 setelah SBY , hanya Allah SWT yang mengetahuinya.
Digambarkan orang yang dapat meramal ini hanya ada dalam cerita fiksi yang populair adalah cerita fiksi karya SH Mintardja berjudul Api Di Bukit Menoreh. Di dalam buku itu digambarkan ada seorang yang pandai meramal sesuatu yakni Ki Waskita , seorang tokoh tua utama dalam buku itu selain Kiai Gringsing dan Ki Sumangkar. Ki Waskita digambarkan bisa melihat meramal dari tanda-tanda akan kejadian pada diri seseorang . Sungguh pun demikian SH Mintardja , sang pengarng buku, tetap menekankan dalam buku itu bahwa semuanya tergantung Yang Maha Kuasa.
Jadi jangan percaya ramalan-ramalan orang !
Digambarkan orang yang dapat meramal ini hanya ada dalam cerita fiksi yang populair adalah cerita fiksi karya SH Mintardja berjudul Api Di Bukit Menoreh. Di dalam buku itu digambarkan ada seorang yang pandai meramal sesuatu yakni Ki Waskita , seorang tokoh tua utama dalam buku itu selain Kiai Gringsing dan Ki Sumangkar. Ki Waskita digambarkan bisa melihat meramal dari tanda-tanda akan kejadian pada diri seseorang . Sungguh pun demikian SH Mintardja , sang pengarng buku, tetap menekankan dalam buku itu bahwa semuanya tergantung Yang Maha Kuasa.
Jadi jangan percaya ramalan-ramalan orang !
TENTANG WAHYU KERATON YANG TERDAPAT PADA CALON PRESIDEN/RAJA
Untuk melihat tanda - tanda capres mana yang memiliki 'sinar matahari' ("wahyu keraton) itu terdapat ciri-ciri yang biasa melekat seperti :
a. Raine kadang sumorot bercahaya
b. Raine kadang berganti ganti (mirip - mirip si A atau si B, namun bukan 'mencala putra-mencala putri)
c. Ada dimana-mana secara ujug-ujug
d. Yen anggon-anggon (berpakaian keraton /resmi ) sudah mirip raja atau presiden.
e. meseme ora kepaksa
(Rg Bagus warsono)
Langganan:
Postingan (Atom)