Kamis, 09 Januari 2014

ENTHUS SUSMONO PROFILE

Dilahirkan dari keluarga dalang, Enthus Susmono lahir pada tanggal 21 Juni 1966 di Desa Dampyak, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal. Ia adalah anak satu-satunya Soemarjadihardja, dalang wayang golèk terkenal di Tegal, dengan istri ketiga yang bernama Tarminah, bahkan R.M. Singadimedja, kakek moyangnya, adalah dalang terkenal dari Bagelen pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat di Mataram. 

Ki Enthus Susmono dengan segala kiprahnya yang kreatif , inovatif serta intensitas eksplorasi yang tinggi telah membawa dirinya menjadi salah satu dalang kondang dan terbaik yang dimiliki negeri ini. Pikiran dan darah segarnya mampu menjawab tantangan dan tuntutan yang disodorkan oleh dunianya, yaitu jagad pewayangan. Gaya sabetannya yang khas kombinasi sabet wayang golek dan wayang kulit membuat pertunjukannya berbeda dengan dalang-dalang lainnya. Ia juga memiliki kemampuan dan kepekaan dalam menyusun komposisi musik baik modern maupun tradisi (gamelan). Kekuatan mengintrepretasi dan mengadaptasi cerita serta kejelian membaca isu-isu up to date membuat gaya pakelirannya menjadi hidup dan interaktif. Didukung eksplorasi pengelolaan ruang artisitik kelir menjadikannya lakon-lakon yang ia bawakan bak pertunjukan opera wayang yang komunikatif, spektakuler, aktual dan menghibur. 

Ia adalah salah satu dalang yang mampu membawa pertunjukan wayang menjadi media komunikasi dan dakwah yang efektif. Pertunjukan wayangnya kerap dijadikan sebagai ujung tombak untuk menyampaikan program-program pemerintah kepada masyarakat, seperti: kampanye anti narkoba, HIV/Aids, HAM, Global Warming, program KB, kampanye pemilu damai,sosialisasi Mahkamah Konstitusi RI dan lain-lain Disamping dia juga aktif mendalang di beberapa pondok pesantren melalui media Wayang Wali Sanga. 

Kemahiran dan “kenakalannya” mendesign wayang-wayang baru/kontemporer seperti wayang Goerge Bush, Saddam Husein, Osama bin Laden, Gunungan Tsunami Aceh, Gunungan Harry Potter, Batman, wayang alien, wayang tokoh-tokoh politik dan lain-lain membuat pertunjukan wayangnya selalu segar, penuh daya kejut dan mampu menembus beragam segment masyarakat. Ribuan penonton selalu membanjiri saat ia mendalang. Keberaniannya melontarkan kritik terbuka dalam setiap pertunjukan wayangnya, memposisikan tontonan wayang bukan sekedar media hiburan melainkan adalah sebagai media alternatif untuk menyampaikan aspirasi masyarakat.

Baginya, wayang adalah sebuah kesenian tradisi yang tumbuh dan harus selalu dimaknai kehadiriannya agar tidak beku dalam kemandegan. Daya kreatif dan inovasinya telah mewujud dalam berbagai bentuk sajian wayang, antara lain: wayang wali, wayang planet (2001-2002), Wayang Wali (2004-2005), Wayang Prayungan,  Wayang Rai Wong (2004-2006), Wayang Blong (2007) dan lain-lain. Museum Rekor Dunia Indonesia-pun (MURI) menganugerahi dirinya sebagai dalang terkreatif dengan kreasi jenis wayang terbanyak (1491 wayang). Dan beberapa wayang kreasinya telah dikoleksi oleh beberapa museum di dunia seperti TROPEN Museum di Amsterdam-Belanda, Museum of Internasional Folk Arts (MOIFA) di New Meksiko dan Museum Wayang Walter Angts di Jerman Semuanya tak lain dimuarakan untuk meningkatkan apresiasi masyarakat luas terhadap wayang, penajaman pasar dan membumikan kembali wayang kulit di tanah air tercinta ini. 

Pada tahun bulan Januari 2009, Karya Wayang Kulit Ki Enthus dipamerkan dalam event bergengsi di Museum Tropen Belanda dengan tajuk “ Wayang Superstar The Theatre World of Ki Enthus Susmono. Kemudian pada bulan Juni 2009 Ki Enthus menggelar serangkain tour pentas wayang “DEWA RUCI” di beberapa Negara seperti Belanda, Perancis dan Korea Selatan.

ENTHUS SUSMONO DAN UMI AZIZAH , BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN TEGAL 2014-2019













Enthus Susmono resmi menjadi Bupati Tegal bersama Wakilnya Umi Azizah hari ini. Hadir dalam pelantikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan sejumlah tokoh penting lainnya. Enthus sendiri berhasil memenangkan Pemilihan Bupati (Pilbup) Tegal pada Oktober 2013 lalu.

Minggu, 05 Januari 2014

Slamet Gundono


Selamat Jalan Ki Slamet Gundono, Almarhum memang luarbiasa , semoga Allah menempatkan di sisiNya.

Slamet Gundono

Lahir :
Tegal, Jawa Tengah
19 Juni 1966 meninggal
(Minggu 5 Januari 2014 di RS Yarsis Solo)

Pendidikan :
Madrasah Aliyah Pondok Slawi, Tegal,
(1987 -1989),
IKJ Jurusan Teater
STSI Surakarta Jurusan Pedalangan

Profesi :
Dalang Teater Wayang

Penghargaan :
Penghargaan I atas Pentas Eksperimen Wayang 45 Menit”dalam Acara Festival Senimania Republika yang diselenggarakan oleh Harian Republika di Taman Ismail Marzuki –Jakarta

Karya Tulis :
Presiden Buruh Rakyat (2009)
Slamet Gundono, harus diakui sebagai dalang muda yang kreatif. Sebagai pengagum Ki Nartosabdho (alm), ia ingin menjadi dalang wayang kulit yang bergaya klasik. Kemampuan dan karakter vokalnya cukup bagus, bahkan bisa disebut reinkarnasinya Ki Narto. Soal olah gerak boneka wayang alias sabet juga standar.

Hanya, dia kalah dalam persaingan antar-dalang. Lobi dan jaringan dengan konsumen dan broker sudah dikuasai dalang-dalang mainstream, yaitu Ki Manteb Sudharsono dan Ki Anom Suroto untuk gaya Surakarta dan Ki Hadi Sugito untuk gaya Yogyakarta. Karena itulah, ia mengembangkan gaya pertunjukan sendiri, seperti wayang suket yang boneka wayangnya terbuat dari rumput atau wayang gremeng yang dimainkan tanpa boneka wayang kulit. Nyatanya, dia sukses dengan hasil eksplorasi kreatifnya. Baik ditilik secara eksistensialis maupun dari sudut pandang ekonomis.

Slamet Gundono adalah dalang yang sering disebut-sebut mbeling. Ia adalah dalang yang cerdas, yang tidak tunduk pada aturan baku, juga tidak mendek karena keterbatasan peralatan dan persyaratan dalam mendalang. Lakon dan jalan cerita yang dimainkan, pada pertunjukan merupakan gubahan dari fiksi yang dipadukan dengan fakta, sehingga dalam lakon terdapat pembaruan. Cerita tidak mengalami stagnasi.
Boneka wayang yang dibuat dari kulit, yang biasa digunakan untuk pertunjukan wayang kulit, di tangan Slamet Gundono bisa diubah dengan apa saja. Pertunjukan wayang seperti itu, tentu saja sudah sangat menjauh dari pakem pertunjukan wayang kulit konvensional. Jika pertunjukan Slamet Gundono harus diberi istilah, dengan pertunjukan teater wayang. Dikatakan teater, karena pertunjukan ini juga melibatkan aktor-aktor lain yang bermain di panggung, dan dalam beberapa adegan para aktor itu berinteraksi dengan wayang yang dimainkan Slamet.