Selasa, 05 November 2013

Mangunhudoyo, 8 Anak Menantu Menjadi Prajurit

SAMBUT HARI PAHLAWAN 10 NOFEMBER 2013
Sugeng Mangunhudoyo (Kuningan), anak pertama  Mangunhudoyo,  adalah pejuang sejati, pimpinan perlawanan Rakyat daerahTegal,Brebes, Slawi, Purwokerto. Ia tak haus jabatan di TNI. Pangkat Kopral pun tidak, tapi ribuan veteran minta tandatangan kesaksian dibawah kepimpinannya ketika perang kemerdekaan. (bingkisan buat kel Sugeng Mangunhudoyo di Kuningan Jawa Barat)
Yoesoef Soegiono , menantu anak ke delapan Mangunhudoyo,  pemuda muhammadiah yang menjadi Tentara Pelajar di Tegal, lebih memilih menjadi guru Sekolah Rendah (ongko loro) setelah merdeka, ketimbang menerima diberi pangkat tinggi di TNI tapi perang sudah selesai. (suri tauladan dan contoh kel Yoesoef Soegiono)
Siddik Mangunhudoyo (Purwokerto) adik Sugeng Mangunhudoyo/anak ketiga, menerima pangkat penghargaan, pejuang Kemerdekaan di Daerah Tegal, brebes Slawi Banyumasdi , sebagai Letnan Satu CPM dan memilih pensiun muda ketimbang diatur oleh pahlawan Kesiangan (Bingkisan kel. Sidik Mangunhudoyo Banjarnegara, Cilacap)
Basuki Amanat Mangunhudoyo, adik Sugeng Mangunhudoyo/anak keempat Mangunhudoyo, pejuang Kemerdekaan daerah Tegal, Brebes, Slawi, Puwokerto, menerima beasiswa belajar di Luar Negeri dan pulang terkatung-katung hingga ditarik di perusahaan sepatu Henna sebagai ahli pembuat sepatu.
Lettu TNI  Kasim, menantu  anak kelima Mangunhudoyo, tim kesehatan Jendral Soedirman, belum ada dokter kala gerilya, dipundaknya sekesalamatan Jendral Soedirman menjadi tanggungjawabnya. Memilih pensiun dan membantu masyarakat daerah Majenang Cilacap dengan ilmu pengobatannya. Beliau hidup dengan penuh kesengsaraan. (bingkisan kel. Kasim Cilacap)
Kapt. TNI Muhammad Noor, menantu anak ke enam Mangunhudoyo, menerima pangkat penghargaan perwira (Kapten) atas perjuangan kemerdekaan di daerah Tegal, Brebes Slawi Banyumas, dibuang di korp seni (musik) tanpa naik pangkat hingga pensiun di Indramayu (Bingkisan kel. Muhammad Noor)
Sutoro, menantu anak ketujuh Mangunhudoyo tim Palangmerah perjuangan rakyat daerah Tegal, Brebes Slawi Banyumas pada perang kemerdekaan memilih pensiun ketimbang menarima jabatan sebagai matri pemberantas penyakit malaria. (Bingkisan Kel. Sutoro Purwokerto).

MANGUNHUDOYO (BANJARNEGARA), 8 ANAK MENANTU MENJADI PEJUANG , TANPA PENGHARGAAN DARI PEMERINTAH , MESKI RUMAH KEL. dI BANJARNEGARA DIBUMIHANGUSKAN TENTARA BELANDA. Adalah seorang Mantri Lumbung di Banjarnegara Jawa Tengah, petani sederhana dengan 8 anak yang kesemuanya berjuang melawan penjajahan. Dikarenakan keluarga tentara, Mangunhudoyo adalah orang yang dicari Belanda , Karena bersembunyi maka rumahnya di Klampok Banjarnegara dibakar oleh Belanda. 
Memiliki 3 anak laki-laki yakni:  Sugeng Mangunhudoyo (terakhir meninggal  di Kuningan Jawa Barat), adalah veteran pejuang 45, eks pemimpin perlawanan rakyat daerah Banyumas. Sugeng dikenal pemberani, ahli setrategi, dan memiliki kharismatik yang tinggi sehingga membawa keberanian bagi laskar pengikutnya.  Sugeng Mangunhudoyo, anak pertama Mangunhudoyo, pimpinan pejuang kemerdekaan daerah Tegal. Brebes, Slawi , purwokerto dan Banyumas. Sejarahperjuangan kemerdekaan didaerah Tegal sekitarnya tak lepas dari Nama Sugeng Mangunhudoyo. (lihat perpustakaan Angkatan Darat kodam Diponegoro).
Sidik Mangunhudoyo pensiunan Letnan Satu TNI dari  CPM terakhir meninggal 2003 di Banjarnegara), dan anak laki-laki lainnya adalah Basuki Amanat Mangunhudoyo , masuk angkatan laut kemudian keluar mendapat beasiswa ke luarnegeri, terkhir meninggal di Jakarta 2001.

PEMDA KAB/KOTA TEGAL.BREBES, SLAWI, PURWOKERTO SELAYAKNYA HARUS MENGHARGAI PAHLAWAN PEJUANG KEMERDEKAAN DIDAERAHNYA TERUTAMA KEPADA SUGENG MANGUNHUDOYO, PIMPINAN PEJUANG KEMERDEKAAN DI DAERAH ITU, SERTA KEL MANGUNHUDOYO DENGAN 8 ANAK MENANTU MENJADI PEJUANG TANPA PAMRIH.
JIKA DI SULSEL ADA ROBERT WOLTER MONGINSIDI, DI INDRAMAYU ADA SENTOT, DI BLITAR ADA SUPRIYADI, DI SOLO ADA KOMARUDIN. MAKA DI KARESIDENAN TEGAL DAN BANYUMAS ADA SUGENG MANGUNHUDOYO.
PARA SEPUH DAN RAKYAT KAB/KOTA TEGAL.BREBES, SLAWI, PURWOKERTO MENGETAUI BAHWA SUGENG MANGUNHUDOYO ADALAH PIMPINAN PEJUANG KEMERDEKAAN YANG SANGAT TERKENAL KEBERANIAN DAN KHARISMATIK SEHINGGA MAMPU MENGGELORAKAN SEMANGAT RAKYAT UNTUK BERSATU PADU MELAWAN PENJAJAH .
MANGUNHUDOYO, 8 ANAK MENANTU MENJADI PEJUANG, DIMAKAMKAN DI KLAMPOK PURWOKERTO 1966 DENGAN TANPA DIUNDANG DIHADIRI RIBUAN TENTARA SERTA BARET COKLAT DAN SEJUMLAH JENDERAL YANG TENGAH KEGIATAN DI PURWOKERTO
SEMOGA JASA PARA PAHLAWAN PERANG KEMERDEKAAN KHUSUS DI KARESIDENAN TEGAL, BANYUMAS KHUSUS SUGENG MANGUNHUDOYO, DKK DIBERIKAN TEMPAT YANG LAYAK DI SISI ALLAH SWT.
: Wawancara/kesaksian : Drs. Sigit,  kary. di Dept Kelautan (putra Sutoro menantu Mangunhudoyo); Nurorochman Sudibyo YS, seniman (putra Yoesoef Sugionao menantu Mangunhudoyo); Djoko Sarjono pendiunan kary Pemda Bandung, (putra Kapt. TNI Muhammad Noor); Dra Susilowati, pensiunan kary Pemda Kab. kuningan Mantan Camat Garawangi Kuningan, (putri Sugeng mangunhudoyo); Bambang wiraswasta di Cilacap (anak Lettu TNI Kasim). Agus Uban, wiraswasta di jakarta, (Anak Lettu CPM Sidik Mangunhudoyo).

Minggu, 03 November 2013

"GA BISA RENG, GA BISA, KITA HARUS BERSATU RENG, KALAU KAMU KE PENDOPO KITA KEPENDOPO SEMUA", "AKU LAYAK JADI ASPRI , GONG", "GA BISA KAMU ORA SEKOLAH", "AKU MASTER, GONG, AKU S DUA", " S DUA ENDASMU", "S DUAMU SABET SANA, SABET SINI, RENG".

"AKU MELU ENTHUS NANG PENDOPO" , "MAU JADI TUKANG SAPU RENG?" , "AKU MAU JADI ASPRI", "APA IKU ASPRI?" , "DASAR RA' TAU SINAU, ASPRI IKU ASISTEN PRIBADI". "YA AKU MELU, RENG?!", "KAMU KEMIT MASJID BAE".

IA AKAN SELALU DEKAT DENGAN RAKYAT



BERSAMA MUHAEMIN





GUS DUR MEMBERIKAN YANG TERBAIK UNTUK KABUPATEN TEGAL : WANGSIT UNTUK SEORANG ENTHUS SUSMONO


PASANGAN CABUB/CAWABUB ENTHUS SUSMONO-Dra. Hj. UMI AZIZAH SAH SEBAGAI BUPATI TERPILIH PERIODE 2014-2019

Hasil akhir perhitungan resmi oleh KPUD Kab. Tegal 3 Nofember 2013 menetapkan :
Enthus Susmono-Umi Azizah, meraih suara terbanyak dalam rekapitulasi hasil penghitungan suara tingkat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Tegal, Ahad, 3 November 2013. Enthus-Umi mengungguli empat pasangan calon lain dengan perolehan 233.318 suara (35,21 persen).

Pasangan nomor satu, Rojikin-Budhiharto, memperoleh 116.234 suara (17,54 persen). Pasangan nomor dua, Himawan Kaskawa-Budi Sutriosno, memperoleh 44.189 suara (6,67 persen). Pasangan nomor tiga, Abdul Fikri-Kahar Mudakir, memperoleh 45.563 suara (6,87 persen). Dan pasangan nomor lima, Moh Edi Utomo-Abasari, memperoleh 223.436 suara (33,71 persen).

Dalam rapat pleno terbuka yang dijaga ketat oleh ratusan aparat itu, saksi dari tim sukses pasangan Edi-Abasari beberapa kali mengajukan interupsi. Keberatan mereka mayoritas ihwal keabsahan formulir C1, rekapitulasi hasil penghitungan suara di tingkat tempat pemungutan suara (TPS). Ketua KPU Tegal, Sukartono, menjawab singkat semua interupsi itu dan melanjutkan rekapitulasi.

Sabtu, 02 November 2013

Ia Mendapat Restu Ki Ageng Pandan Arang (Pandanaran)

Ki Ageng Pandan Arang (disebut juga PandanaranPandanaran I) adalah bupati pertama Semarang, yang diangkat oleh sultan Demak Bintara. Konon nama Semarang diberikan olehnya, karena di tempat ia tinggal ditumbuhi oleh pohon asam yang jarang-jarang (bahasa Jawaasem arang). Tokoh ini juga dikenal sebagai penyebar Islam di daerah tersebut. Meskipun sezaman dengan para Wali Sanga, ia tidak termasuk ke dalamnya. Putranya dikenal dengan nama yang sama, namun kemudian lebih terkenal sebagai Sunan Bayat.
Tokoh ini berkedudukan di Pragota, yang sekarang adalah tempat bernama Bergota di kelurahan Randusari, Semarang Selatan. Dahulu Pragota berada sangat dekat dengan pantai, karena wilayah Kota Lama Semarang merupakan daratan baru yang terbentuk karena endapan dan proses pengangkatan kerak bumi. Tanah Semarang diberikan kepada Pandan Arang oleh Sultan Demak.
Asal-usul Pandan Arang tidak pasti, meskipun sebagian besar babad menyatakan bahwa ia adalah putra dari Panembahan Sabrang Lor (sultan kedua Kesultanan Demak) yang menolak tahta karena lebih suka memilih mendalami spiritualitas. Posisi sultan ketiga Demak kemudian diberikan kepada pamannya. Pendapat lain menyatakan bahwa ia adalah saudagar asing, mungkin dari ArabPersia, atau Turki, yang meminta izin sultan Demak untuk berdagang dan menyebarkan Islam di daerah Pragota. Izin diberikan baginya di daerah sebelah barat Demak. Cerita lain bahkan menyebutkan ia adalah putra dari Brawijaya V, raja Majapahit terakhir, meskipun tidak ada bukti tertulis apa pun mengenainya.
Makamnya terletak di wilayah Kelurahan Mugassari, Semarang Selatan.